Kebutuhan Meningkat, Elpiji 3 Kg Langka
GROBOGAN-Kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram di sejumlah daerah di Kabupaten Grobogan dua bulan terakhir. Hal ini disinyalir akibat kebutuhan konsumen yang mengalami peningkatan. “Kemarin kan idhul adha, kalau disini banyak yang hajatan. Jadi kebutuhan gas elpiji juga meningkat,” jelas Karsono, Kepala Disperindag Kabupaten Grobogan, Sabtu(30/9).
Menurutnya, dari 14 agen yang tersebar di wilayah Kabupaten Grobogan, telah dilakukan penambahan pasokan elpiji 3 kilogram sebanyak 600 tabung. “Dari paguyuban melaporkan bahwa mereka mendapatkan penambahan pasokan,” ungkapnya.
Namun begitu, banyaknya konsumen yang mampu, seperti rumah makan, yang masih menggunakan elpiji 3 kilogram juga menjadi salah satu kendala. “Memang kita kesulitan untuk membatasinya. Banyak sekali kita jumpai rumah makan yang masih menggunakan elpiji 3 kilogram yang jelas bukan untuk peruntukannya,” tandasnya.
Sebelumnya, kelangkaan elpiji 3 kilogram memicu sejumlah pedagang untuk mencari keuntungan lebih dengan cara menaikkan harga di atas harga normal. Bahkan, kebanyakan pedagang tak lagi mematuhi harga eceran tertinggi (HET). Di beberapa tempat, pdagang menjualnya hingga mencapai Rp26 ribu per tabung. Hal ini membuat sejumlah pembeli menjerit di tengah himpitan ekonomi.
"Disini sudah mengalami kelangkaan elpiji tiga kilogram sejak dua bulan terakhir. Bahkan ada pedagang yang mematok harga mencapai Rp26 ribu, mahal banget. Listrik sudah naik, ditambah lagi dengan elpiji yang naik juga. Memang orang kecil nasibnya selalu begini," ujar seorang warga Siti Nursolekah, warga Desa Temon.
Penuturan yang sama diutarakan Suwati, warga Desa Nambuhan. Ia menuturkan, mahalnya harga gas elpiji tiga kilogram juga terjadi di sekitar tempat tinggalnya. Sejak dua bulan terakhir, warga harus berkeliling dari satu pengecer ke pengecer lain demi mendapatkan gas elpiji melon.
"Sekarang mulai ada, tapi harus pesan dulu sama pedagangnya. Harganya pun juga bervariasi, Rp 22 ribu per tabung, padahal biasanya Rp18.000. Meski harganya mahal ya tetap dibeli untuk memasak. Kita enggak ada pilihan lain. Mana mungkin sekarang memasak pakai kayu," terangnya.
"Disini sudah mengalami kelangkaan elpiji tiga kilogram sejak dua bulan terakhir. Bahkan ada pedagang yang mematok harga mencapai Rp26 ribu, mahal banget. Listrik sudah naik, ditambah lagi dengan elpiji yang naik juga. Memang orang kecil nasibnya selalu begini," ujar seorang warga Siti Nursolekah, warga Desa Temon.
Penuturan yang sama diutarakan Suwati, warga Desa Nambuhan. Ia menuturkan, mahalnya harga gas elpiji tiga kilogram juga terjadi di sekitar tempat tinggalnya. Sejak dua bulan terakhir, warga harus berkeliling dari satu pengecer ke pengecer lain demi mendapatkan gas elpiji melon.
"Sekarang mulai ada, tapi harus pesan dulu sama pedagangnya. Harganya pun juga bervariasi, Rp 22 ribu per tabung, padahal biasanya Rp18.000. Meski harganya mahal ya tetap dibeli untuk memasak. Kita enggak ada pilihan lain. Mana mungkin sekarang memasak pakai kayu," terangnya.
Warga berharap, harga elpiji tiga kilogram kembali normal kembali, sehingga warga tidak semakin terhimpit di tengah kesulitan ekonomi.
Siti, seorang pengecer gas elpiji mengaku permintaan gas elpiji ukuran tiga kilogram akhir-akhir ini meningkat drastis. Namun ia mengaku cukup ksulitan untuk mendapatkan gas elpiji ukuran 3 kilogram. “Saat minta ke distributor, jumlahnya pasti dibatasi. Padahal barangnya ada, namun biasanya ngomong sudah dipesan,” tuturnya. (iya)
Siti, seorang pengecer gas elpiji mengaku permintaan gas elpiji ukuran tiga kilogram akhir-akhir ini meningkat drastis. Namun ia mengaku cukup ksulitan untuk mendapatkan gas elpiji ukuran 3 kilogram. “Saat minta ke distributor, jumlahnya pasti dibatasi. Padahal barangnya ada, namun biasanya ngomong sudah dipesan,” tuturnya. (iya)
Post a Comment
Post a Comment