-->
yQRsgXYtnqhElJ0qG98ow6B0hsUDuvl7mVOesb9a
Tiga Bulan, 10 Warga Grobogan Gantung Diri

Iklan Billboard 970x250

Iklan 728x90

Tiga Bulan, 10 Warga Grobogan Gantung Diri



GROBOGAN- Tingginya angka bunuh diri di Kabupaten Grobogan membuat keprihatinan beberapa pihak.  Tercatat 10 orang warga Grobogan, memilih bunuh diri sebagai jalan pintas mengakhiri masalah yang  mereka hadapi. Gantung diri menjadi salah satu aksi yang sering dilakukan untuk mengakhiri hidup.

Saat dimintai keterangan, Kasat Reskrim AKP Eko Adi kepada Grobogan TodaySelasa (11/4), mengungkapkan, sejak Januari 2017, tercatat 10 kasus bunuh diri dilakukan warga Kabupaten Grobogan. “Dari catatan di Sat Reskrim, dua kasus bunuh diri dilakukan pada Bulan Januari, Lima kasus terjadi di Bulan Februari, Maret tidak ada kasus dan tiga kasus terjadi pada bulan April,” urainya.

Akhir pekan kemarin, ada 2 aksi gantung diri yang cukup menggegerkan warga. Salah satunya akibat cinta yang tidak mendapatkan restu dari orang tua. “Memang alasan korban mengakhiri hidupnya hanya korban yang tahu. Namun, dari hasil penyelidikan diduga alasan ekonomi dan alasan kesehatan merupakan faktor yang paling menonjol. Hal ini diketahui adanya keterangan keluarga maupun catatan yang ditinggalkan oleh korban sebelum melakukan aksi nekat bunuh diri,” urai Kasat Reskrim.

Pelaku gantung diri umumnya memanfaatkan suasana sepi di rumah untuk menjalankan aksi gantung diri. “Umumnya mereka memanfaatkan suasana yang sepi. Karena didalam rumah sendiri, jadi tidak ada yang melihat tindakan nekat korban dan tidak sempat diselamatkan.Kadang mereka mengunci diri di dalam kamar, kemudian dengan leluasa menjalankan aksinya. Aksi nekat mereka baru diketahui setelah kerabat atau tetangga korban berkunjung ke rumah,” tambahnya.

Banyaknya kasus bunuh diri di Grobogan, Probowati TjondronegoroPsikolog rumahsakit St Elisabet menjelaskan, tindakan mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri seakan bukan menjadi kasus yang perlu mendapat perhatian. Namun, membaca berita sejumlah media kasus bunuh diri belakangan makin banyak.“Mengakhiri masalah dengan cara bunuh diri seakan lepas dari perhatian. Namun, kasus itu sangat tinggi. Ada polisi nembak diri, ada orang gantung diri malah seakan lagi ‘musim’ mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah,” ungkapnya.

Dorongan melakukan tindakan bunuh diri, merupakan puncak dari penarian solusi yang dilakukan. Dimana, karena tidak ada teman yang bisa diajak komunikasi maka orang melakukan dialog dengan diri sendiri. “Biasanya (korban) sendiri tidak ada teman untuk diajak berdialog. Sehingga korban berdialog dengan diri sendiri tapi belum tentu orang ini gila lho. Karena tidak ada teman baik itu anak, istri, cucu atau tetangga itulah membuat orang berusaha berdialog dengan diri sendiri untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi,” ungkapnya.

Tidak adanya solusi dalam menghadapi masalah membuat korban menjadi putus asa lantaran tidak adanya  teman untuk diajak memecahkan masalah. “Pikiran sempit yang menyimpulkan seakan dia (korban) orang paling menderita baik karena ekonomi atau penyakit yang diderita. Hal itulah yang memunculkan dorongan melakukan tindakan nekat,” tambahnya.

Melihat banyaknya kasus bunuh diri, Probowati, berpesan kepada semua orang agar meluangkan waktu disela kesibukan untuk keluarganya. Hal ini akan mengurangi tekanan pikiran yang menghimpit bagi anggota keluarga yang lain. Saling berbicara merupakan salah satu solusi yang bisa dilakukan. “Jika orang yang memiliki masalah didengarkan saat bicara, paling tidak akan mengurangi beban yang dialami. Apalagi bisa memecahkan masalah yang dihadapi,”tambahnya.(iya)


Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment

Iklan Tengah Post