Pak Raden Dari Grobogan ini Peduli Budaya Jawa
GROBOGAN - Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami “cobaan” yaitu terpengaruh oleh derasnya arus globalisasi dunia. Kecanggihan akses internet dunia sudah merasuki kehidupan mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua. Anak muda akan lebih tertarik mendengarkan musik terkini yang berbau asing atau ngetop dibandingkan mendengarkan alunan gamelan jawa. Bahkan bahasa jawa yang merupakan bahasa sehari-hari mulai dilupakan.
Namun itulah kenyataannya bahwa arus globalisasi sudah memebentuk karakter menjadi terpengaruh dengan pola kehidupan asing. Kegalauan inilah yang dilirik salah seorang pensiunan guru Sekolah Dasar, Suyadi(61).
Pria yang dikenal sebagai mbah Raden, karena kumis tebalnya mirip tokoh mbah Raden dalam serial Si Unyil, mengaku bahwa budaya bangsa sudah hampir terkikis dengan masuknya budaya asing. “Saya prihatin melihat anak-anak muda yang enggan menonton pertunjukkan wayang atau ketoprak. Sebaliknya mereka akan hingar bingar dengan pertunjukkan band atau musik rok yang suaranya mendentumkan ulu hati,” kata Suyadi.
Itulah salah satu hal yang melatarbelakangi Suyadi untuk mendirikan Sanggar yang menggunakan pendopo Desa Godan, Kecamatan Tawangharjo ini . Secara untung-untungan materi, bagi Suyadi mendirikan sanggar ini tentunya tak bisa diukur dengan keuntungan uang. Pasalnya, kakek bercucu tiga ini tak pernah menarik bayaran untuk semua anak didiknya. “Saya hanya ingin budaya jawa ini tetap diuri-uri,” tuturnya.
Setiap hari Minggu, kakek yang juga aktif di kegiatan pramuka ini selalu menemani anak-anak di desanya untuk melakukan kegiatan”Srawung Budaya Jawa”. Semua anak yang ikut kegiatan ini diwajibkan memakai pakaian khas pedesaan, mulai dari ikat kepala, sarung, jarik dan kebaya. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan budaya jawa,” tuturnya.
Dalam kegiatan ini, anak-anak bisa belajar berbahasa jawa, nulis aksara jawa, unggah-ungguh, dongeng, bermain wayang dan beberapa permainan tradisional. “Saya coba kenalkan beberapa permainana tradisional yang selama ini jarang dikenal mereka, seperti congkak,egrang dan lain sebagainya.”Kalau malam Sabtu juga main kerawitan dengan alat seadanya dengan beberapa tetangga,” tutur kakek yang tinggal di Desa Godan RT 3 RW 1 ini.(IYA)
Post a Comment
Post a Comment