Bulan Pertama MT I, 12 Ribu Hektar Ditanami Padi
GROBOGAN- Musim penghujan datang membuat petani di Kecamatan Karangrayung memilih untuk meratakan sawahnya untuk ditanami padi walaupun masih ada tanaman tembakau yang produktif. Seperti Kamarun(53), salah seorang petani dari Desa Pulomangin, Kecamatan Karangrayung memilih mentraktor tanaman tembakau seluas 1 hektare miliknya karena air irigasi teknis dari waduk kedungombo telah mengairi sawahnya. Ia akan menggantinya dengan tanaman padi. “Air sudah datang, maka tembakau ini langsung saya traktor saja,” katanya.
Petani yang puluhan tahun menanam tembakau ini mengaku saat musim hujan seperti ini kualitas tembakau akan jauh menurun, baik dari segi berat maupun kematangan daun. Sebelum musim penghujan datang, sekali petik ia bisa memperoleh daun seberat 3 kwintal, namun usai musim penghujan hanya memperoleh 2 kwintal. “Karena kadar air tinggi, maka beratnya malah berkurang. Begitu juga dengan warnanya saat akan dirajang dan setelah dilakukan pengeringan, tidak bagus. Maka saya memilih mematikannya saja, ” jelasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Edhie Sudaryanto, melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan Dr. Sunanto S.ST, MP menguraikan,memasuki bulan pertama musim hujan 2017 sektor pertanian di Kabupaten Grobogan pastikan tanam 12,567 ribu hektar padi. Penanaman di lahan irigas teknis dan non teknis, dilakukan secara bergiliran disesuaikan dengan kemampuan suplai air dari Waduk Kedungombo. “Musim hujan tahun ini tiba sesuai dari perkiraan. Awal musim penghujan, kita lakukan penanaman di 12 ribu hektar sawah irigasi dan non irigasi yang mengandalkan suplai air dari aliran air Waduk Kedungombo,” ungkapnya, saat ditemui di ruang kerjanya.
Pola penanaman, tidak bisa dilakukan secara serempak. Pasalnya, kemarau panjang membuat distri busi air memerlukan waktu. “Pola tanam dilakukan berdasar kedekatan dengan sumber air yakni Kali Serang sebagai aliran utama air dari Waduk Kedungombo. Air teratas dialirkan dari Sungai Serang di Bendung Sidorejo. Dibawahnya sekitar 10 kilometer Sungai Serang kembali di bendung di daerah Sedadi dan diteruskan hingga di bendung Klambu,” ungkapnya.
Sistim distribusi, dilakukan berkala dikarena aliran air melalui saluran irigasi memerlukan waktu tempuh. “Suplai dari Kedungombo mencukupi. Ada 65 liter/detik sedang kebutuhan suplai air per sawah hanya sekitar 1,7 liter/detik,” imbuhnya.
Untuk bendung Sidorejo dan Bendung Sedadi, dikhususkan untuk mengaliri sawah di Kabupaten Grobogan. “Untuk Klambu selain untuk pembangkit listrik, air juga dialirkan untuk sawah di Kabupaten demak dan Kabupaten Kudus. Selain itu juga untuk suplai air bersih di PDAM Semarang,” ungkapnya. (iya)
Post a Comment
Post a Comment