Jelang Hari Jadi ke-297, Pemkab Grobogan Adakan Jamasan Pusaka
Anggota Kasepuhan Wijayakusuma sedang melakukan jamas pusaka. |
Berbagai koleksi mulai dari benda pusaka, seperangkat gamelan kuno , keris dan tombak, arca, yoni, piring, lesung, lingga, meriam, luku, garu, mangkok, piring kuno, guci, uang kuno dan fosil dibersihkan. Benda-benda bersejarah ini dulunya ditemukan di berbagai wilayah di Kabupaten Grobogan.
Ada sekitar 30 petugas dari Paguyuban Kasepuhan Wijayakusuma yang ikut membersihkan benda-benda bersejarah ini. Kegiatan tersebut direncanakan tanggal 12 Februari, namun diundurkan menjadi tanggal 21 Februari.
“Khusus untuk benda-benda pusaka, seperti keris, tombak, gamelan dibersihkan oleh tenaga yang sudah ahli di bidangnya. Kita ajak paguyuban Kasepuhan untuk membersihkannya. Kegiatan ini rutin kita lakukan mengawali rangkaian Peringatan Hari Jadi Kabupaten Grobogan tanggal 4 Maret nanti,” ungkap Ngadino, Kepala Disporabudpar Kabupaten Grobogan.
Menurutnya jamasan memiliki nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya kebersamaan, gotong-royong, ketelitian dan religius.
"Ketelitian yakni dengan mempersiapkan acara agar kegiatan berlangsung dengan baik," katanya.
Ia menambahkan, acara bersih-bersih tersebut dilakukan setiap setahun sekali. Hal itu diperlukan agar benda-benda bersejarah itu tidak rusak, bisa tahan lama dan lebih bersih sehingga cukup nyaman dilihat pengunjung museum.
”Ini merupakan prosesi khusus yang dilakukan setiap tahun. Walaupun tiap harinya juga dibersihkan oleh petugas museum,” terangnya.
Amin Hidayat, Staff Ahli Bupati mengatakan dalam upaya mengenalkan budaya kepada generasi muda. Selain bersih fisik, juga membersihkan diri, secara kebatinan serta intropeksi apa yang dilakukan sepanjang tahun.
"Bersih fisik yakni membersihkan pusaka dari kotoran dan karat. Dalam masyarakat jawa, pusaka dianggap gaib dan membawa berkah jika dirawat. Pusaka akan pudar jika tidak dirawat," ujarnya.
Eyang Kardi, Ketua Kasepuhan Wijaya Kusuma menjelaskan, pihaknya telah dilibatkan dalam prosesi jamas pusaka sejak tahun 2017. Walaupun tidak mendapatkan upah, namun pihaknya merasa bangga telah ikut melestarikan warisan leluhur.
"Ini merupakan bagian dari menjaga budaya bangsa," ungkapnya.
Post a Comment
Post a Comment