-->
yQRsgXYtnqhElJ0qG98ow6B0hsUDuvl7mVOesb9a
Api Abadi Mrapen Terkenal, Namun Sepi Pengunjung

Iklan Billboard 970x250

Iklan 728x90

Api Abadi Mrapen Terkenal, Namun Sepi Pengunjung



GODONG, Grobogantoday.com - Berbagai even olah raga  baik berskala nasional maupun  Internasional  pernah mengambil api  dari Api abadi Mrapen sebagai sumber obornya. Hal inilah yang membuat  namanya semakin dikenal seantero negeri.  Even yang pertama kali mengambil api yakni pesta olahraga  internasional Ganefo I tanggal 1 November 1963. Namun begitu, obyek wisata yang terletak di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan ini selalu sepi pengunjung.

“Itu merupakan gagasan presiden pertama Indonesia, Bapak Soekarno. Beliau mengusulkan  Mrapen menjadi tempat pengambilan api untuk menyalakan api obor Ganefo. Tugu peringatannya juga masih tegak berdiri di dekat api abadi mrapen,” jelas Gunadi, Juru kunci Mrapen Abadi saat ditemui Grobogantoday.com di kediamannya, Sabtu(5/7).

Selain untuk acara Ganefo , api abadi dari Mrapen juga digunakan untuk menyalakan obor Pekan Olahraga Nasional (PON) mulai PON X tahun 1981, POR PWI tahun 1983 dan HAORNAS. Api abadi dari Mrapen juga digunakan untuk obor upacara hari raya Waisak. “Asian paragames juga mengambil dari sini,” jelasnya.

Walaupun sering digunakan untuk acara-acara besar, namun wisata api abadi mrapen sepi pengunjung. Menurut Gunadi, hal tersebut disebabkan banyaknya wisata yang memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan menarik untuk dikunjungi. “Dulu waktu lebaran dan liburan banyak dikunjungi pengunjung. Tetapi munculnya banyak wisata membuat tempat ini menjadi sepi. Mrapen lebih sering digunakan untuk wisata religi,” jelasnya.

Berdasarkan pantauan Grobogantoday.com, sebenarnya fasilitas yang dimiliki wisata Api Abadi Mrapen terhitung lengkap. Mulai dari toilet, tempat parkir, mushola, pusat oleh-oleh sudah tersedia. Namun gedung yang digadang-gadang akan dijadikan museum olahraga, sampai saat ini masih terlihat kosong. Pengunjung yang datang hanya disuguhi api abadi mrapen, sendang dudo dan watu bobot. Tentu saja hal ini kurang menarik minat pengunjung. “Kalau saja gedung itu benar-benar dijadikan museum, pasti akan lebih ramai lagi,” ujar Siti Syamsiah, salah satu pengunjung dari Purwodadi. (RE)

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment

Iklan Tengah Post