-->
yQRsgXYtnqhElJ0qG98ow6B0hsUDuvl7mVOesb9a
Angka Kemiskinan di Grobogan Masih Tinggi

Iklan Billboard 970x250

Iklan 728x90

Angka Kemiskinan di Grobogan Masih Tinggi



PURWODADI-Angka kemiskinan di Kabupaten  Grobogan masih tergolong tinggi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah setempat mengalami penurunan yakni pada tahun 2016 sebanyak 184.335 jiwa dan angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2015 sebanyak 184.500 jiwa.

"Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas) tercatat jumlah penduduk miskin secara makro di Grobogan tahun 2016 turun sebesar 0,09 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini mengikuti konsep PBB, kalau sudah memenuhi 2100 kalori tidak miskin," kata Kepala BPS Rahmadi Agus Santosa.

Berdasarkan hasil Susenas tercatat jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan di Grobogan pada  tahun 2011 sebanyak 227.800 jiwa, tahun 2012 sebanyak 214.600 jiwa, tahun 2013 sebanyak 199.000 jiwa, tahun 2014 sebanyak 186.500 jiwa, tahun 2015 sebanyak 184.500 jiwa dan tahun 2016 sebanyak 184.335 jiwa.

"Kalau berdasarkan prosentase tercatat penduduk miskin tahun tahun 2012 (16,13 persen), tahun 2013 (14,84 persen), tahun 2014 (13,86 persen),  tahun 2015 sebesar 13,68 persen dan tahun 2016 sebesar13,57 persen,” urainya.

Menurut dia, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, namun dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

"Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 2,62 pada tahun 2011 menjadi 2,56  pada tahun 2015, sedangkan indeks keparahan kemiskinan juga naik dari 0,59 pada tahun 2014 menjadi 0,65 pada tahun 2015," tuturnya.

Dalam mengukur kemiskinan itu, lanjut dia, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dan dengan pendekatan itu, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. “Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Metode ini dipakai BPS sejak 1998 supaya hasil penghitungan konsisten dan terbanding dari waktu ke waktu," katanya. (iya)

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment

Iklan Tengah Post