Ngalap Berkah, Warga Rela Berdesakan Berebut Gunungan
GROBOGAN,Grobogantoday.com – Hari jadi Kabupaten Grobogan setiap
tahunnya selalu diisi Tradisi Boyong Grobog di Kecamatan Grobogan. Tradisi yang
digagas sejak tahun 2011 ini dengan cara memboyong(membawa) Grobog(tempat
pusaka) dari Kelurahan Grobogan menuju pendopo kabupaten di Purwodadi. Begitu juga
dengan tahun ini, dalam perayaan hari jadi yang ke-292 ini tradisi boyong
grobog tetap dilaksanakan.
Boyong Grobog tahun ini dilaksanakan cukup
sederhana, tak semeriah tahun sebelumnya. Demikian diungkapkan Pujiyanto, Ketua
Komunitas Wisata Grobogan. Berbagai kesenian mulai dari reog, rebana dan
beberapa tampilan yang biasanya mengiringi gununganpun tak ada lagi. Hanya belasan
kereta kuda, kereta wisata dan iringan prajurit saja yang masih ada. “Dulu kan
ada berbagai kesenian yang mengiringi, ada reognya juga. Tahun kemarin ada 10
gunungan yang diarak hingga Purwodadi, tahun ini hanya dua saja. Yang lain
diperebutan di Grobogan,” ungkapnya, Sabtu(3/3/2018).
Berbagai kesenian mulai dari reog, rebana dan
beberapa tampilan yang biasanya mengiringi gununganpun tak ada lagi. Hanya belasan
kereta kuda, kereta wisata dan iringan prajurit saja yang masih ada. “Dulu kan
ada berbagai kesenian yang mengiringi, ada reognya juga,” jelasnya.
Acara Boyong Grobog yang dihadiri Bupati, seluruh
FKPD serta Kades/Lurah se-Kabupaten Grobogan ini berlangsung cukup meriah.
Dalam sambutannya, Bupati mengatakan Boyong Grobog merupakan sejarah pindahnya
pemerintahan dari Kecamatan Grobogan ke Kecamatan Purwodadi(sekarang). “Mohon
doa restunya, semoga Grobogan lebih hebat. Dengan adanya gunungan ini
menandakan kemakmuran masyarakat Grobogan,” tuturnya.
Keseruan terjadi saat rebutan gunungan. Beberapa
anak nekat naik ke puncak gunungan mengambil sayuran dan buah-buahan. Warga
meyakini, dengan memperoleh isi gunungan tersebut akan memperoleh berkat
kesejahteraan. “Tadi kan sudah didoakan. Semoga bisa memperoleh berkah,” ujar
Dewi, warga Purwodadi yang iut berebut gunungan.
Selain gunungan, nasi tumpeng lengkap disajikan
untuk tamu dan warga yang hadir. Karpet merah disediaan untuk menikmati
hidangan tersebut.
Sejarah Hari Jadi Grobogan
Riwayat Kabupaten Grobogan Ditetapkannya hari jadi
kabupaten Grobogan, dimulai dengan diangkatnya Ngabehi Wongsodipo menjadi
bupati pertama di kabupaten tersebut. Pengangkatan dilaksanakan oleh Sunan
Amangkurat IV, pada hari Senin 21 Jumadilakir 1650 atau pada tanggal 4 Maret
1726. Dari catatan sejarah tentang kabupaten Grobogan menceritakan, bahwa
setelah diangkat menjadi bupati di Grobogan, Ngabehi Wongsodipo yang bergelar
Raden Tumenggung Martopuro tetap tinggal di Kartosuro. Hal itu karena di
Kartosuro terjadi kekacauan, sehingga Tumenggung Martopuro dipercaya untuk
meredam kekacauan. Adapun untuk pengawasan kabupaten Grobogan, diserahkan
kepada keponakan yang juga menantunya bernama Suwandi. Pada tahun 1727 Sunan Amangkurat
IV, dan diganti oleh Sunan Pakubuwono II. Raden Tumenggung Martoguno sangat
membenci penjajah Belanda, maka bersama Tumenggung Djojoningrat bupati Demak,
para bupati pesisir utara dan orang-orang Cina menyerang Belanda di Semarang.
Tetapi serangan tersebut gagal, Tumenggung Martoguno kembali ke Kartosuro.
Ternyata Sunan Pakubuwono II membantu kompeni Belanda, dengan menangkap dan
menyerahkan patih Danuredjo kepada Belanda untuk diasingkan ke Sailan. Tidak
lama kemudian untuk penggantinya Adipati Notokusumo, juga ditangkap dan
diserahkan kepada Belanda untuk diasingkan ke Sailan. Melihat gelagat yang
tidak baik, Tumenggung Martoguno pergi ke Grobogan untuk melaksanakan tugasnya
sebagai bupati Grobogan dengan gelar Pangeran Puger. Pada tahun 1753 Tumenggung
Martopuro atau Pangeran Puger wafat, jenazahnya dimakamkan di Grobogan. Sebagai
pengganti bupati Grobogan, ditunjuklah Suwandi yang bergelar Tumenggung
Surjonegoro. Pemindahan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tahun 1864 pusat
pemerintahan kabupaten Grobogan dipindahkan, dari desa Grobogan ke desa
Purwodadi. Sebagai alasan pemindahan tersebut, untuk persiapan perubahan sistem
administrasi pemerintahan kabupaten mancanagari menjadi sistem administrasi
pemerintahan kabupaten pangrehprojo. Sistem administrasi pangrehprojo tersebut,
hampir sama dengan sistem administrasi pemerintahan kabupaten sekarang ini.
Setelah pusat pemerintahan kabupaten dipindahkan ke
Purwodadi, Desa Grobogan dijadikan sebagai pusat pemerintahan kawedanan.
Didirikan pendopo kawedanan baru, yang terletak di sebelah selatan bekas
pendopo Kabupaten Grobogan yang lama. Walaupun pusat pemerintahan kabupaten
Grobogan telah dipindah ke Purwodadi, tetapi untuk sebutannya tetap Kabupaten
Grobogan. Maka tidak mengherankan, bahwa sejak dulu untuk sebutannya adalah
Kabupaten Grobogan di Purwodadi.
Penjelasan Pengamat Sejarah
Menurut penjelasan dari pengamat sejarah Grobogan
Heru Hardono, nama Kabupaten Grobogan sudah tercatat di dalam Serat Perjanjen
Noto di Kartasura, oleh karena itu untuk namanya tetap Kabupaten Grobogan.
“Karena pengangkatan Ngabehi Wongsodipo menjadi bupati pertama di Grobogan,
dasarnya adalah Serat Perjanjen Noto Kartosura. Pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten
Grobogan, juga atas perintah dari kraton Surakarta. Atas dasar Serat Perjanjen
Noto di Kartosuro tersebut, untuk sebutannya tetap Kabupaten Grobogan,”
jelasnya.
Acara Pelaksanaan Tradisi Boyong Grobog. Pada acara
tradisi boyong grobog yang diselenggarakan pada tanggal 3 Maret, selain
memboyong grobog juga ada beberapa dokar berhias, yang ditumpangi oleh bupati
dan para pejabat teras kabupaten Masyarakat berjubel di pinggir jalan, antara
pendopo kawedanan Grobogan sampai pendopo kabupaten Grobogan. Mereka ingin
mengetahui, tentang jalannya acara tradisi boyong grobog tersebut. Dijelaskan
oleh panitia penyelenggara hari jadi kabupaten Grobogan, bahwa acara yang mulai
diadakan pada tahun 2011 itu, agar masyarakat khususnya generasi muda tahu
tentang riwayat berdirinya Kabupaten Grobogan.
Pria yang akrab dipanggil Mbah bejo ini menambahkan,
konon nama Grobogan, berasal ketika Sunan Ngudung dan Sunan Kudus yang
memimpin pasukan kerajaan Demak menyerang kerajaan Majapahit. Karena mendapat
kemenangan, Sunan Ngudung memerintahkan para prajurit, untuk memboyong pusaka
kerajaan Majapahit ke Demak. Tetapi ketika sampai di suatu daerah, ada salah
satu grobog berisi pusaka yang tertinggal. Maka oleh Sunan Ngudung, untuk
daerah tersebut diberinya nama Grobogan. (RE)
Post a Comment
Post a Comment