Kedelai Impor Melonjak, Pengrajin Tempe dan Tahu di Grobogan Menjerit
GROBOGANTODAY - Sejumlah perajin tahu dan tempe di Kabupaten Grobogan terpaksa memperkecil ukuran hasil produksi pasca melonjaknya harga kacang kedelai impor di pasaran.
Di Kabupaten Grobogan, kedelai dijual di kisaran Rp 9.950 per kilogram, dari harga normal sebesar Rp 7.000.
"Kalau kata distributornya, disebabkan karena distribusi tidak lancar.Akibat covid 19," ungkap Atik, salah seorang pengrajin tempe dan tahu di Jetis, Purwodadi.
Ia menuturkan, kenaikan harga kedelai saat ini cukup berdampak terhadap kegiatan usahanya. Bahkan ia sampai memindahkan pekerjanya ke unit kerja lainnya.
“Cukup berdampak saat kedelai harganya naik. Biaya produksi dengan harga jual tidak seimbang. Kalau tidak disiasati bisa terus merugi, apalagi daya beli masyarakat sekarang sedang turun. Beberapa pekerja saya pindahkan ke produksi keripik tempe,” kata Atik saat ditemui, Rabu (6/1/2021).
Untuk menutupi beban biaya produksi yang melonjak, ia memperkecil ukuran tempe dan tahu dengan harga jual tetap.
“Dalam kondisi saat ini tidak mungkin kalau harus menaikan harganya. Jadi, ukurannya saja yang dikurangi,” ujarnya.
Ia mengaku, dengan terus melonjaknya harga kedelai impor, jumlah produksinya pun terus berkurang hingga 20 persen.
"Biasanya sehari habis satu ton, semenjak kedelai impor naik produksi berkurang. Paling sekitar 8 kwintal," ungkapnya.
Langkah serupa juga ditempuh perajin tahu dan tempe, Khusayin(65). Ia terpaksa mengurangi ukuran tahu dan tempe yang diproduksinya.Selain itu, dia juga tetap mempertahankan ukuran, namun dengan menaikkan harga.
"Untuk menyiasatinya saya menempuh dua cara, mengurangi ukurannya dengan harga tetap, atau tetap dengan ukuran semula namun harganya dinaikan," katanya.
Post a Comment
Post a Comment