-->
yQRsgXYtnqhElJ0qG98ow6B0hsUDuvl7mVOesb9a
Kades Rejosari Berhasil Sulap Jembatan Maut

Iklan Billboard 970x250

Iklan 728x90

Kades Rejosari Berhasil Sulap Jembatan Maut


KRADENAN, Grobogantoday.com- Warga Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan tak akan merasakan lagi jantung berdebar-debar saat  berkendara melintas di atas pilar baja dengan lebar 20 centimeter di ketinggian 8 meter di atas sungai Ngrowo. Hal ini lantaran, pemerintah Desa Rejosari berhasil membangun jembatan dengan bentang 36 meter dan lebar 3,4 meter dan tinggi hingga 8 meter di atas sungai. Jembatan ini berhasil dibangun selama tiga tahun,  dengan mengeluarkan dana sebesar Rp 540 juta. Demikian diungkapkan Lapar, Kades Rejosari saat ditemui di lokasi pembangunan, Kamis(4/1/2018).

“Pembangunan jembatan ini menggunakan anggaran tahun 2015 senilai Rp 100 juta, tahun 2016 senilai Rp 140 juta dan tahun 2017 senilai Rp 200 juta ditambah  bantuan dana inspirasi dewan Rp 100 juta, saat ini memasuki tahap akhir,” katanya.

Lapar  menjelaskan, pembangunan baru bisa diselesaikan karena jembatan dibangun menggunakan alokasi dana desa (ADD). “Jembatan jebol saat saya dilantik. Dan pekerjaan saat ini telah selesai dibangun. Memang perlu tiga tahun karena hanya menggunakan dana ADD karena Desa Rejosari memang desa yang tidak banyak pabrik sehingga minim bantuan,” ungkapnya.

Pembangunan jembatan yang sempat dipertanyakan warga karena terkesan lama, selesai setelah adanya bantuan dana aspirasi dari dewan Kabupaten Grobogan senilai Rp 100 juta. “Total biaya hanya Rp 540 juta. Jika ditanya dana segitu kok bisa jadi jembatan, itu karena semangat warga ingin memiliki jembatan yang memang selama ini menghubungkan beberapa dukuh serta menjadi jalan pintas ketika keluar desa menuju Kecamatan Kradenan,” tambahnya.


Namun, secara teknis, penghematan besar bisa dilakukan karena tidak harus mengeluarkan biaya sewa scuffolding. “Saat pembetonan kita pakai teknik penyekatan saja. Pilar kita satukan dengan jembatan sehingga tidak perlu keluar biaya sewa scuffolding. Itu sudah bisa menghemat biaya banyak,” tambahnya.


Lapar menambahkan, sebenarnya digambar yang telah dibuatkan Dinas PUPR jembatan hanya memiliki lebar 3 meter saja. Namun olehnya diperluas menjadi 3,4 meter tanpa mengurangi kualitas bangunan. “Dari pada jembatannya sempit, kalau lewat juga susah. Makanya sekalian saya buat lebih lebar. Dari dinas malah senang, bangunan lebih bagus,” ungkapnya.



Sebelumnya, warga Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan , Kabupaten Grobogan  harus mempertaruhkan nyawanya saat melintasi jembatan sepanjang 36 meter yang melintasi sungai Ngrowo. Bagaimana tidak, setiap hari mereka harus melewati jembatan  diatasnya hanya berupa gelagar baja saja. Kalau tidak berhati-hati, sewaktu-waktu mereka bisa tercebur ke sungai.



Yang lebih miris lagi, saat gelagar belum terpasang. Saat banjir, siswa sekolah harus melintasi derasnya aliran sungai. “Biasanya diseberangkan orang tua mereka, namun jika tidak ada yang menyeberangkan mereka tidak berangkat sekolah,” tutur Isro Haryati, guru SD Negeri Rejosari 3.



Jembatan yang merupakan akses terdekat warga Desa Rejosari jika hendak ke Kradenan ini memang kondisinya dari tahun ke tahun sangat memprihatinkan. Menurut Saidi(56), warga setempat,  tahun 70-an jembatan tersebut awalnya terbuat dari bambu, namun baru beberapa tahun jembatan hilang terbawa banjir. “Kalau hanyut, warga harus bergotong-royong membuat jembatan lagi. Padahal kalau sekolah SMP atau SMA lewat jembatan ini jauh lebih dekat,” tuturnya.



Menurutnya, sejak dibangun tahun 2014 lalu dan diberi gelagar diatas pilar jembatan untuk mempermudah akses warga, sudah banyak warga yang tercebur sungai saat mengendarai sepeda motor. Dari empat gelagar yang ada, roda kendaraan hanya bisa melintas pada satu gelagar dan tidak bisa beralih ke gelagar yang lain. Jadi butuh kehati-hatian lebih agar tidak tercebur sungai. “Rumah saya kan sangat dekat dengan jembatan. Jadi tahu pasti jika ada yang jatuh, terakhir kemarin ada yang sampai patah tulang,” tuturnya.



Sri yanto, salah seorang warga mengaku terpaksa melintas walaupun  diliputi perasaan takut. “Mau  bagaimana lagi, ini kan akses satu-satunya. Walaupun harus was-was karena jembatannya bergoyang-goyang. Apalagi kalau abis hujan, licin banget,” tuturnya.(RE)



Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment

Iklan Tengah Post